Terbaru! DPO Kasus Skimming Bank SulutGo Ditangkap di Bali, Tersangka Juga Terlibat Kasus Narkoba

Terbaru! DPO Kasus Skimming Bank SulutGo Ditangkap di Bali, Tersangka Juga Terlibat Kasus Narkoba

Salah satu tersangka skimming ATM Bank SulutGo yang diamankan Tim Ditreskrimsus Polda Sulut.(foto istimewa)


KORANMANADO.CO.ID- Miki (35) warga Kendal, Semarang Jawa Tengah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Mabes Polri dan Polda Sulawesi Utara (Sulut) terkait kasus skimming ATM (pencurian data) Bank SulutGo jaringan internasional berhasil ditangkap petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali.

Terungkapnya Miki sebagai DPO kasus skimming berdasarkan pengembangan yang dilakukan BNN Bali. "Dari hasil pengembangan, selain pengedar ternyata dia itu bagian dari jaringan internasional kasus skimming yang melibatkan warga negara asing. Tersangka ditangkap di kamar kosnya di jalan Drupadi, Seminyak, Badung Bali pada Minggu 10 Juli. Dalam penangkapan itu, petugas mengamankan barang bukti narkoba jenis sabu seberat 0,41 gram dan pil ekstasu 2,35 gram. Dalam kasus narkoba ini, Miki dijerat pasal 112 ayat (1) Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Untuk kasus skimming akan ditangani Polda Sulut,"ujar Kepala BNN Bali, Brigjen Gede Sugianyar Dwi Putra dalam konferensi pers, Jumat (05/08/2022).

Seperti diketahui, belum lama ini Tim Ditreskrimsus Polda Sulut berhasil membongkar jaringan internasional dan menangkap empat terduga pelaku kasus skimming ATM Bank SulutGo di Manado. Dari empat terduga yang diamankan, dua diantaranya Warga Negara Asing (WNA) asal Bulgaria yakni Martin Ivanov Stanichev alias Alex Martin dan Valentin Kostadinov alias Valentin. Keduanya ditangka di dua lokasi berbeda. Alex Martin ditangkap pada hari Rabu 20 Juli 2022 di wilayah Provinsi Bali bersama dengan seorang perempuan Carlie Watimena asal Ambon, Maluku. Kemudian, pelaku Valentin pada hari Kamis, 21 Juli 2022 bersama perempuan Ari Lufitasari warga Surabaya di Kota Kupang, NTT.

Direktur Reserse Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda Sulawesi Utara (Sulut), Kombes Pol Nasriadi, SH. Sik. MH mengungkapkan sebenarnya kejadian tersebut terjadi sejak Januari 2022 di Bank SulutGo dengan kerugian nasabah Rp. 1,7 Miliar. Hanya saja kata Kombes Nasriadi, pada saat kejadian pihak Bank SulutGo tidak melaporkan ke pihak kepolisian. "Karena tidak dilaporkan, sehingga ini dimanfaatkan oleh jaringan-jaringan itu untuk mengulang kembali. Akhirnya pada bulan Juli, mereka kembali ke Manado untuk memasang alat skimming, terutama di 26 gerai ATM Bank SulutGo,"ujarnya kepada sejumlah wartawan, Jumat (22/07/2022).

Setelah memasang alat skimming di 26 gerai, para pelaku ini kemudian melakukan 634 transaksi illegal. Karena telah terjadi pencuri data nasabah, Bank SulutGo melaporlan ke Polda Sulut. Serangkaian proses penyelidikan dilakukan, akhirnya Ditreskrimsus mengetahui jaringan tersebut. "Kejadian ini Bank SulutGo melaporkan kepada kita. Kemudian, kita proses, kita lidik. Dari rangkaian penyelidikan didapat siapa pelakunya, siapa tersangkanya dan siapa terduga yang melakukan hal tersebut. Bahkan diketahui, ada dua transaksi yang mereka lalukan. Yang pertama mereka mengirim dana tersebut ke indodax virtual di Bank Mandiri sebesar Rp. 3,3 Miliar. Kemudian mereka menarik tunai Rp. 450 juta,"jelas Kombes Narsiadi.

Setelah memasang alat skimming di 26 gerai, para pelaku ini kemudian melakukan 634 transaksi illegal. Karena telah terjadi pencuri data nasabah, Bank SulutGo melaporlan ke Polda Sulut. Serangkaian proses penyelidikan dilakukan, akhirnya Ditreskrimsus mengetahui jaringan tersebut  "Kejadian ini Bank SulutGo melaporkan kepada kita. Kemudian, kita proses, kita lidik. Dari rangkaian penyelidikan didapat siapa pelakunya, siapa tersangkanya dan siapa terduga yang melakukan hal tersebut. Bahkan diketahui, ada dua transaksi yang mereka lalukan. Yang pertama mereka mengirim dana tersebut ke indodax virtual di Bank Mandiri sebesar Rp. 3,3 Miliar. Kemudian mereka menarik tunai Rp. 450 juta,"jelas Kombes Narsiadi.

Kombes Nasriadi menegaskan, setelah menangkap empat tersangka proses penyidikan tidak akan berhenti. Pihanyak akan mendalami peran masing-masing dari empat tersangka. Ia juga mengatakan, akan bekerjasama dengab Bareskrim untuk mengungkap banyaknya skimming di daerah lain seperti Sumatera Utara, Lampung, Gorontalo dan sebagainya. 
"Kita akan bekerjasama dengan Bareskrim untuk mengungkap jaringannya. Kita akan dalami peran masing-masing dari empat tersangkan. Masih ada satu DPO lagi yang sekarang masih kita kejar,"tandasnya.(cnn/der)

5 Komentar

  • https://uodiyala.edu.iq/%d8%a7%d9%84%d8%b7%d9%84%d8%a8%d8%a9-%d9%88%d8%a7%d9%84%d8%ae%d8%b1%d9%8a%d8%ac%d9%8a%d9%86/ جامعة ديالى الثانية على الجامعات الحكومية جامعة ديالى الثانية على الجامعات الحكومية

  • смартфон магазин цена купить смартфон хонор

  • An ancient ‘terror crocodile’ became a dinosaur-eating giant. Scientists say they now know why порно групповое жесток A massive, extinct reptile that once snacked on dinosaurs had a broad snout like an alligator’s, but it owed its success to a trait that modern alligators lack: tolerance for salt water. Deinosuchus was one of the largest crocodilians that ever lived, with a body nearly as long as a bus and teeth the size of bananas. From about 82 million to 75 million years ago, the top predator swam in rivers and estuaries of North America. The skull was wide and long, tipped with a bulbous lump that was unlike any skull structure seen in other crocodilians. Toothmarks on Cretaceous bones hint that Deinosuchus hunted or scavenged dinosaurs. Despite its scientific name, which translates as “terror crocodile,” Deinosuchus has commonly been called a “greater alligator,” and prior assessments of its evolutionary relationships grouped it with alligators and their ancient relatives. However, a new analysis of fossils, along with DNA from living crocodilians such as alligators and crocodiles, suggests Deinosuchus belongs on a different part of the crocodilian family tree. Unlike alligatoroids, Deinosuchus retained the salt glands of ancestral crocodilians, enabling it to tolerate salt water, scientists reported Wednesday in the journal Communications Biology. Modern crocodiles have these glands, which collect and release excess sodium chloride. Salt tolerance would have helped Deinosuchus navigate the Western Interior Seaway that once divided North America, during a greenhouse phase marked by global sea level rise. Deinosuchus could then have spread across the continent to inhabit coastal marshes on both sides of the ancient inland sea, and along North America’s Atlantic coast. The new study’s revised family tree for crocodilians offers fresh insights into climate resilience in the group, and hints at how some species adapted to environmental cooling while others went extinct. With salt glands allowing Deinosuchus to travel where its alligatoroid cousins couldn’t, the terror crocodile settled in habitats teeming with large prey. Deinosuchus evolved to become an enormous and widespread predator that dominated marshy ecosystems, where it fed on pretty much whatever it wanted. “No one was safe in these wetlands when Deinosuchus was around,” said senior study author Dr. Marton Rabi, a lecturer in the Institute of Geosciences at the University of Tubingen in Germany. “We are talking about an absolutely monstrous animal,” Rabi told CNN. “Definitely around 8 meters (26 feet) or more total body length.”

  • Ищете рабочие зеркала для входа на фото кракен фургон? У нас только проверенные и актуальные ссылки на торговую площадку кракен купить. Инструкции по безопасному входу через Tor и VPN, а также свежие ссылки в нашем Telegram канале. Заходите и совершайте покупки быстро и безопасно на кракен магазин!

  • цены на курсовые написание курсовых работ

Add Comment