Oh Partai Golkar, Kok Bisa Ya?

Oh Partai Golkar, Kok Bisa Ya?

Foto ilustrasi Partai Golkar.(foto istimewa)

Catatan: Donald Taliwongso

KABAR beruntun "robohnya" Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga digelarnya Rapat Pimpinan hanya dalam waktu singkat, serta pelaksanaan Musyawarah Nasional  Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar, menimbulkan sejumlah spekulasi.

Ada yang menyebut, langkah itu terlalu cepat untuk sebuah partai besar seperti Golkar. Partai yang dihuni ratusan kader-kader utama, kental dan pakar serta sangat berpengalaman dalam dunia politik, tiba-tiba semua diam berjamaah, seragam dan setuju tanpa ada perlawanan. 

Ketika skenario pertama Ketum Airlangga Hartarto harus "mundur segera" publik kaget serentak. Melonggo dan binggung seharian. Ada rasa heran, pasrah bahkan marah sambil berdecak kagum. Mundurnya Airlangga dari jabatan Ketum Golkar diduga terkait Pilkada 2024.

Jika proses dan kecepatan mundurnya Airlangga sebagai Ketum Partai Golkar di luar nalar politik, artinya ini sudah lama diskenariokan. Setiap langkah telah dihitung secara matang. Bisa jadi ini dirancang jauh-jauh hari. Tinggal tungguh kode, barang ini dieksekusi.

Skenario Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Golkar terbukti dalam Rapim. Ada lagi, Munaslub Partai Golkar digelar pada hari Selasa, tanggal 20 Agustus 2024. Atau 7 hari sebelum jelang pendaftaran calon Kepala Daerah di seluruh Indonesia.

Sekarang, kita tinggal membuka setidaknya tiga spekulasi lainnya. Spekulasi maha penting dalam tubuh Partai Golkar, yaitu Ketua Umum Partai Golkar akan dijabat oleh Bahlil Lahadalia, Wakil Ketua Umum Agus Gumiwang Kartasasmita. Lalu berikutnya ada jabatan baru dalam tubuh Partai Golkar yakni Ketua Harian. Ini akan dijabat oleh Bambang Soesatyo. 

Spekulasi tak kalah penting dan memang harus dibuktikan adalah nama Gibran Rakabuming Raka (Wapres Terpilih) akan menjabat Ketua Dewan Pembina. Dimana kekuasaanya akan dimutlakkan kembali.

Beberapa spekulasi sudah terbukti. Berarti ini bukan spekulasi. Ini sebuah keputusan yang dibuat di bawa meja bening sebening kaca. Semua orang melihat. Gratis tanpa embel-embel. Tapi setelah itu, mereka akan geleng-geleng kepala. Kok bisa pohon beringin yang rindang dan kokoh itu tumbang seketika.

Di jagat maya, banyak netizen yang buat jokes. Meski sedikit receh, tapi bikin segar. Mereka menyindir pohon beringin kokoh tumbang digergaji. Entah siapa maksud netizen. Yang jelas bukan tukang kayu. Kalau sampai tukang kayu, pasti dia sakti. Lebih sakti dari para pendekar penghuni pohon beringin.

Spekulasi berikut yang tak kalah heboh adalah AD/ART Partai Golkar akan ikut tumbang, dan hampir pasti diubah dalam Munaslub Selasa 20 Agustus 2024. Dimana Ketua Dewan Pembina bisa dijabat oleh anggota yang masih baru. Bahkan wewenang Ketua Dewan Pembina Partai Golkar diperbesar seperti Era Orde Baru atau di zaman Soeharto. 

Pertanyaan berikut mengapa Munaslub Partai Golkar digelar terburu-buru? Dan mengapa perisai-perisai di tubuh Partai Golar harus ditanggalkan? Sekali lagi, ini semua ada kaitannya dan kepentingan politik di Pilkada 2024. Dimana batas akhirnya pendaftaran calon tanggal 29 Agustus. 

Dengan digelarnya Munaslub pada tanggal 20 Agustus, itu artinya, Ketua Umum yang baru punya waktu teken berkas calon Kepala Daerah. Juga punya waktu menunjuk calon selain yang sudah terlanjur dijanjikan Ketua Umum sebelumnya. Artinya harus seirama, terutama di Pemilihan Gubernur (Pilgub). 

Calon-calon Partai Golkar yang tidak seirama bisa jadi digaris dalam kontestasi Pilgub dan dipilih yang seirama. Aneh memang, pohon beringin yang kuat, kokoh dengan mudah digoyang-goyang. Tapi itu hanya bisa dilakukan oleh tangan-tangan yang kuat. 

Spekulasi terakhir, Partai Golkar akan bersatu dengan Gerindra di Pilkada Provinsi. Pilgub DKI jadi sempel. Awalnya samar-samar kini mulai terang benderang. Dan hampir pasti hanya ada dua calon, Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus dan Jalur Perseorangan. Lalu PDI Perjuangan? 

Tidak menutup kemungkinan ini terjadi di Provinsi lain. Jadi rata-rata Pilgub di Indonesia hanya akan ada dua pasang calon. KIM plus lawan PDI Perjuangan. Sementara untuk Kabupaten Kota, tangan-tangan kuat itu membiarkan mereka berorkestrasi.

Efek domino ini menutup spekulasi rangkaian drama mundurnya Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Memang ini langkah genius, cerdas, bikin decak kagum, buat kita geleng-geleng kepala sampai sakit dan bertanya-tanya. Kok bisa ya?(**)

0 Komentar

Add Comment