Selamat Menyambut Tahun Baru Imlek, dan dampak untuk masyarakat Sulut

Selamat Menyambut Tahun Baru Imlek, dan dampak untuk masyarakat Sulut

Dr. Magit Les Denny Tewu, S.E., M.M bersama Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Kaesang Pangarep.


JAKARTA, KORANMANADO.CO.ID-
Tahun Naga Kayu 2024 akan segera tiba, masing-masing shio punya warna keberuntungan mereka sendiri-sendiri. Masyarakat keturunan Tionghoa akan menyambut datangnya Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili yang jatuh pada tanggal 10 Februari 2024 dengan suka cita. Tahun Baru Imlek 2024, merupakan tahun kelahiran shio Naga yang didampingi oleh elemen kayu. Kayu dan naga masing-masing mewakili unsur dan hewan dalam kosmologi Tionghoa.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengungkapkan wisatawan dari China akan membanjiri wilayah Manado, Sulawesi Utara. Kemungkinan para turis ini masuk pada bulan Februari.

Hal ini pun disambut antusias oleh Denny Tewu dengan tahun baru Imlek di tanah kelahirannya Sulawesi Utara. Sebagai  Caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapil Sulawesi utara (Sulut) nomor urut satu menceritakan. Bahwa  tinggal beberapa hari lagi menjelang Tahun Baru Cina atau Imlek, masyarakat keturunan Tionghoa telah memulai persiapan menyambut perayaan ini dengan penuh antusiasme dan suka cita bersama.  Dimana Tradisi khas Imlek ini, yang sering kali melibatkan aksesoris dan dekorasi khas menjadi ciri khas bagi yang merayakan bersama sama, inilah  menjadi sorotan dalam rangka menyambut Tahun Baru Cina 2024.

Dari  pandangan mata Denny Tewu  dimana dalam menyambut Imlek tahun 2024 ini, masyarakat Tionghoa mempersiapkan berbagai hal dengan cermat. Persiapan ini tidak hanya terbatas pada aspek dekoratif, tetapi juga melibatkan serangkaian tradisi khas yang diwarisi dari generasi ke generasi pada umumnya.

Kata Denny Tewu, untuk menyambut perayaan Imlek kali ini, masyarakat keturunan Tionghoa memegang beberapa tradisi dengan erat. Seperti yang dikutip dari laman Huffpost, berikut adalah beberapa langkah yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa untuk merayakan Imlek dengan penuh makna dan kegembiraan.

Dijelaskan Denny Tewu, dalam percakapan dengan Ko Fang di Manado menyatakan, bahwa Dimana keberadaan teman- teman  Tionghoa sangat bisa diterima masyarakat Sulawesi Utara  secara luas, mereka sudah seperti saudara sendiri, apalagi sudah kawin mawin dengan penduduk lokal. Presiden Jokowi sudah katakan bahwa di bulan-bulan  ke depan wisatawan China akan berbondong untuk datang ke Sulut, hal ini tentu akan disambut baik masyarakat Sulawesi Utara, sambil tentunya mempersiapkan infrastruktur yang baik seperti pembangunan KEK di Bitung maupun Minahasa Utara, serta strategi marketing agar kedatangan para wisatawan tersebut bisa saling menguntungkan untuk kepentingan ekonomi Sulawesi Utara, bahkan bagaimana meningkatkan kwalitas serta daya tarik agar wisatawan Nasional dan Internasional tertarik untuk datang ke Sulut, ujar Denny Tewu dalam kesukaannya menceritakan  menyambut Tahun Baru Imlek di Sulut Rabu (7/2/2024).

Bagi Denny Tewu  ada beberapa ikon Tionghoa yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah daerah , antara lain  Kesenian Barongsai dan Naga.

Dimana untuk penyambutan tamu tamu atau acara Nasional, ini bagian dari ketertarikan Wisata di Sulawesi Utara tentunya,  kalau saja bisa dikolaborasikan dengan kabasaran dari budaya Minahasa tentu akan lebih meriah dan menarik, ujarnya  Denny Tewu menjelaskan.

Disamping itu lanjut Denny Tewu, Dimana adanya Kursus kursus Mandarin Gratis atau dibuat kurikulum sekolah sekolah  mulai dari SD karena  bahasa ini penting sekali,  mengingat 2 miliar lebih manusia ada di muka bumi berbahasa Mandarin, untuk itulah Sulawesi Utara  harus memanfaatkan letak geografis Sulut yang sangat strategis di bibir Pacific yang sebentar lagi akan ramai apabila jalur sutera kereta api China dari Guangzhpu menuju Turki, akan mempersingkat waktu dan efisien, barang dan jasa perdagangan dari lautan pacifik menuju Eropa, kata Denny Tewu.

Disamping itu juga  kata Denny Tewu, adanya kereta api dari Bitung menuju Makassar, ditambah lagi dengan adanya  Ibu Kota Negara (IKN)  akan pindah ke Kalimantan Timur, inilah semua itu akan membuat Sulawesi Utara semakin menjadi lokasi yang sangat strategis.

 “Bisa dibayangkan kemajuan diberbagai sektor Pembangunan  akan terjadi di Sulawesi Utara,” ujar  Denny Tewu menjelaskan. 

Kata Denny Tewu kembali Dimana  Wisata kuliner di Liliroyor yang dulunya orang Tionghoa datang dan tinggal disitu,  Bangunannya bernama  LO PAK HONG. Kemudian diambil alih pemerintah dengan alasan Tahanan Politik di era 60-an. Sampai saat ini belum dikembalikan. Kedua,  Klenteng Besar  (Ban Hing Kiong) merupakan Klenteng Tertua +/- 200san Tahun.

Sementara disisi lain,  Ritual Cap Go Me adalah ikon Wisata Tahunan yang dilaksanakan tanggal 15 Tahun Chaina dan sebagainya.  Yang penting adalah Birokrasi Perizinan, Tidak dipersulit  dengan dana yang besar.

“Teman Tionghoa juga banyak yang pengusaha besar sehingga harapannya Pelaku Usaha jangan disulitkan dengan berbagai aturan birokrasi  yang hanya menghambat kemajuan Kota”

Dicontohkan Denny Tewu, Informasi Tata kota yang belum terinformasi luas sehingga seringkali terjadi adanya bangunan yang tidak sesuai IMB. Langsung dihentikan Pekerjaan, dan disitulah celah Korupsi oleh oknum, urainya. Belum berusaha sudah ditodong dengan Pajak

Dari cerita  Denny Tewu dikatakan, dimana umumnya Pengusaha di Sulawesi Utara adalah dari kalangan Tionghoa, untuk itu harus adanya komunikasi yang intens agar mereka dapat lebih banyak berkontribusi bagi kemajuan perekonomian Sulawesi Utara  yang pada akhirnya mensejahterakan Rakyat Sulaewsi Utara, ungkapnya. (PRL)

0 Komentar

Add Comment